Senin, 27 Agustus 2012

CHEAT MY FARM (ONLINE GAME FOR MOBILE) - TIME AND FRIENDS


Telah dibacaCounters kali

Masih tetap membahas My Farm yang merupakan game online besutan versi Playtox yang ditujukan terutama buat pengguna ponsel. Tapi kali ini kita akan membahas tentang CHEAT untuk game My Farm ini.

Selain menggunakan trik times yaitu dengan memajukan waktu pada ponsel, juga bisa menggunakan trik invite yang dimiliki setiap member My Farm.

Pertama, anda harus mempunyai akun di My Farm dulu. Setelah itu klik pada menu TEMAN. Kemudian klik pada UNDANG TEMAN.

Setelah anda masuk dalam menu "Undang Teman", scroll kebawah hingga menemukan link invite pada point tautan nomor dua. Copy tautan tadi lalu keluar dari game (log out).

Lalu pastekan link invite anda tadi pada addres bar browser. Klik daftar/register, isi sembarang ID terus log out. Login kembali menggunakan akun resmi anda. Dan dapatkan hadiah setiap harinya mulai dari koin, benih sampai berlian.

Untuk tetap mendapatkan hadiah setiap harinya, terus login menggunakan akun teman palsu anda tadi. Cukup menanam, memberi pupuk dan memberi makan ternak, lalu biarkan akun resmi anda untuk membantu teman palsu anda.

Lakukan terus hingga level 15 untuk mendapat hadiah yang menarik. Memang terlihat ribet tapi coba bandingkan jika anda harus membeli berlian dengan pulsa atau paypal anda.

Cukup sekian arikel kali ini...
Terima kasih...
Mudah-mudahan bermanfaat...

Contoh link invite yang saya maksud:
http://ob.mobilefarm.mobi/invite/322938

JANGAN LUPA LOG OUT DULU SEBELUM DAFTAR PAKE LINK INVITE DAN YANG DIPAKE LINK INVITE SENDIRI, BUKAN LINK INVITE SAYA YANG CUMA SEBAGAI CONTOH INI


Rabu, 22 Agustus 2012

MY FARM (GAME ONLINE UNTUK HP)


Telah dibacaCounters kali

garden.jpg
sc20120823-093617-1.jpg
Sebuah game online besutan dari Playtox yang ditujukan untuk para pengguna mobile atau hp.

Game yang juga menguji kesabaran kita ini meski dioperasikan menggunakan platform mobile, game ini tidak kalah seru dengan game online yang menggunakan PC.

Selain bercocok tanam di kebun dan berternak di pekarangan, kita juga bisa berinteraksi dengan petani lain melalui chat room dan kita juga bisa bergabung dengan klub petani untuk saling bertukar pengalaman mengatasi perkebunan dan peternakan.

Selain hal di atas, My Farm juga menyediakan beberapa tugas atau misi untuk diselesaikan. Game ini juga menyediakan fasilitas lain seperti Danau/Kolam yang dapat digunakan untuk memacing. Desa, disitu terdapat Bank untuk membeli koin dan berlian, Peringkat untuk melihat informasi peringkat/prestasi anda dan petani lain, Pertukaran untuk menukarkan koin menjadi berlian atau sebaliknya, Komunitas untuk melihat informasi dan berita, Buku berguna sebagai petunjuk game ini, Klub Petani untuk list klub yang bisa anda ikuti agar mendapatkan beberapa fasilitas lain yang tidak tersedia bagi petani individual. Rolet sebuah permainan yang bisa digunakan secara gratis dan berbayar dengan beberapa hadiah. Lumbung tempat untuk menyimpan hasil perkebunan dan peternakan sebelum anda jual. Toko tempat untuk membeli dan menyewa peralatan yang sangat berguna untuk perkebunan dan peternakan anda.

Selain itu anda akan selalu mendapatkan tips-tips penting dari orang ini nih:
f-hint.png

Anda juga bisa membantu teman anda memajukan perkebunan dan peternakan untuk mendapatkan beberapa hadiah.

Penasaran???
Yuk jadi teman saya di My Farm dan tingkatkan terus Level-mu hingga 10 untuk bisa membuat klub petani sendiri...!!!...


Senin, 13 Agustus 2012

LOLITA



Kau memilih meja yang sama. Aku mendorong kursi yang menghadap Lawu, kau menarik kursi yang menatap Merbabu. Tapi, matamu berkawan dengan lelaki itu. Kita baru bersipandang setelah lambaian lawan bicaramu menghilang ke balik dinding kafe. Kutemukan sisa senyummu yang tersipu.

”Oh, maaf.”

”Tak soal. Silakan.”

”Anda menanti seseorang?”

”Ya. Anda,” jawabku.

Pasti kau setengah terkejut. Tanganmu menjurus ke dada, matamu terbelalak, dan sunggingan bibir itu menggenapi kecantikanmu. Tak ada kata-kata darimu sampai aku mengangguk dan berucap,”Ya. Anda.” Lalu, kujulurkan telapak tangan seraya menyebutkan nama,”Bisik. Saya Bisik Angin Mahameru.”

”Apakah kita pernah bertemu?” tanyamu.

”Saya nyaris tiap hari ke Slice Cafe. Tapi, baru kali ini saya lihat Anda datang.”

”Lantas, bagaimana Anda bisa menunggu orang yang tak Anda kenal?” kau akhirnya duduk.

”Kue-kue di kafe ini yang membisiki saya. Kata mereka, senja ini akan datang seorang bidadari.”

”Kue-kue?”

”Ya. Anda datang karena Blueberry Cheesecake di sini paling enak di kota ini, bukan?” tebakku,”Bisikan kue-kue itu juga yang pasti membujuk Anda.”

Kau menjawab dengan mengangkat pundak dan kedua tangan. Lega aku melihatmu tersenyum lebar. Barangkali kau ingin berkata, ”Dasar laki-laki!” Tapi, memang begitulah kue. Kelezatannya selalu memiliki cara ajaib mengundang lidah para petualang. Sebab, kuelah yang menguasai mulut, bukan sebaliknya.

Kue memang dari Barat dan kita dari Timur. Tapi, ketika makin banyak orang Barat menoleh ke Timur, makin banyak pula orang Timur yang kebarat-baratan. Dan, kelezatan selalu di tengah. Semua orang dari semua penjuru, tidak Timur tidak Barat, menuju pusat yang sama. Dan, sore ini kita bertemu di sini.

”Aku Caramel Macchiato. Kau? Oya, kau...”

”Aku Nayara. Ehm, aku Cappuccino saja.”

Kau lebih pantas bernama Lolita, parasmu ayu menyenangkan seperti gulali yang disukai anak-anak. Senyummu juga tak habis-habis. Semoga saja lelaki yang sempat bersamamu tadi bukan siapa-siapa. Aku tak ingin merasa berdosa karena mendekatimu lebih jauh. Semoga kue-kue di kafe ini menjodohkan kita.

**

Seketika, barisan gigi cemerlangmu berubah kotor, dari putih ke cokelat. Krim keju yang melebur ke sekujur kue kini melumuri bibir merahmu. Tanpa malu, kau usap bulir selai yang mengaliri dagu. Rasa manis, asin, dan asam pasti sedang berduel seru. Kau keliru, seharusnya kau tadi memesan kopi pahit.

”Bagaimana?”

”Hm, yummii...”

”Seharusnya kopi pahit.”

Kau tak menanggapiku, tapi asyik menjilati jari-jemarimu yang belepotan kue. Kau juga menampik butir biji kopi dariku. Padahal, dengan menguyahnya, sebiji saja, lidah akan kembali tawar dan kita bisa meneruskan petualangan. ”Sebentar dong. Aku tak mau kue ini cepat pergi dari lidahku,” ujarmu.

Aku tergelak. Lolita, Lolita, kau terlambat ya mengenal kue? Ini, masih ada Tiramisu. Kalau kita tak cepat-cepat menghabiskannya, kelezatan kue ini akan lumer. Lagipula, petang ini suasana tidak asyik lagi buat kita. Lihatlah, mulai banyak anak-anak di kafe ini. Entah dari mana mereka datang. Tumben benar.

Rasanya kita perlu beranjak pergi, barangkali ke bioskop. Tiba-tiba, aku ingin mengajakmu menonton Johnny Depp, ini hari libur yang tepat untuk film Public Enemies.

Lihat, mereka mulai memasang balon-balon di tiap sudut. Kudengar dari bisikan kue-kue, sebentar lagi kafe kelewat ramai. Ayolah, kita pergi saja!

”Lalu, Tiramisu ini?”

”Sambil jalan saja. Aku bawa mobil kok.”

”Tapi, ini pertemuan pertama kita.”

”Tak soal. Aku tidak menyebalkan, bukan?”

”Bukan itu. Harus diatur dulu waktunya, tidak bisa mendadak begini.”

”Ada acara lain? Kau menanti seseorang?”

Lagi-lagi kau tak menjawabku, kali ini cepat-cepat kau usap bibir dan jemarimu dengan selembar tisu. Belum lagi paham apa yang terjadi, terhenyak aku melihatmu beranjak dari kursi dan membalikkan badan. Oh, rupanya matamu menangkap kehadiran perempuan itu. Seseorang yang tak kalah cantik.
”Halo, Deb. Mana Si Tampan?” sapamu.

”Hai, Naya. Itu Adhitya sedang asyik dengan anak-anak lain,” balas perempuan itu, lalu bertanya dengan setengah berbisik,”Siapa tuh?”

”Oh, kenalkan, ini Debby. Deb, ini Bisik.”

”Bisik?” tukasnya sambil menyalamiku.

”Ya, teman baruku ini suka mendengar bisikan kue. Dia mengenal betul kue-kue di kafe ini.”

”Ah, terlalu dibesar-besarkan,” timpalku.

”Oke, silakan dilanjutkan. Mana Tjakra?”

”Sebentar lagi datang.”

Siapa Tjakra? Lelaki dengan kemeja biru tadi, apakah dia Tjakra? Apakah dia kekasihmu, Lolita? Ah, aku harus berpura-pura ke toilet sebentar. Lalu, kukejar Debby dan bertanya siapa Tjakra. Jangan sampai peluangku mendekatimu hilang hanya gara-gara seorang Tjakra, siapa pun dia.

”Bagaimana, kita jalan?” ajakku lagi.

”Maaf, aku harus mengambil pesanan.”

”Kau memesan kue di sini?”

”Ya. Black Forest. Jam tujuh ini jadi.”

*

Tak kusangka, bukan hanya meramaikan hatiku yang sudah lama sunyi, ternyata kau pula yang akan meramaikan kafe ini. Tidak cuma memesan sebuah kue besar, kau bahkan memesan ruangan di kafe ini. Untuk sebuah acara kecil, entah apa itu, jam tujuh ini. Aku tak peduli. Aku lebih penasaran pada Tjakra.

”Kau akan tahu sendiri nanti.”

”Maksudmu?”

”Tjakra pasti senang mengenalmu. Dia sangat suka kue. Seharusnya, dia sudah sampai di sini,” ucapmu sambil melirik arlojiku,”Nah, itu dia!”

Sontak aku berdiri, menatapmu. Menatap daun pintu kafe yang didorong dari luar. Menatap sosok yang baru saja datang. Ya, lelaki yang tadi. Lelaki setengah baya berkemeja biru dengan barisan gigi yang secemerlang gigimu, dan selarik senyum yang manis. Kau setengah berlari menyongsongnya.

Aku menyesal kita terlalu cepat akrab. Melihat adegan itu saja aku cemburu. Padahal, aku bukan siapa-siapa bagimu dan kau tidak mencium lelaki itu. Kalian hanya bertegur sapa dan saling memeluk pundak. Lalu, kau menarik pergelangannya menuju ke meja kita. Apakah dia Tjakra?

”Bisik, kenalkan, ini...” katamu.

”Halo, Tjakra,” sahutku langsung menyodorkan tangan.

”Oh, saya bukan Tjakra. Saya Lanang.”

Duh, mau ditaruh di mana muka ini! Kau malah menertawakanku. Lanang? Siapa lagi dia? Kalau kau tidak segera menyudahi gelakmu, aku akan bertanya sendiri kepada Lanang tentang siapa dia.

”Oh, maaf. Anda...” tanyaku sambil menunjuk ke arahmu, mencari kejelasan hubungan kalian.

”Kalian ngobrol saja dulu, ya. Biar aku yang menyusul Tjakra di luar,” potongmu.

Ah, sepeninggalmu, kami justru kehilangan kata-kata. Lanang mematik api. Setelah hisapan pertama dan asap mengudara, dia asyik memeriksa pesan di ponselnya. Mungkin karena aku menolak sigaret darinya, Lanang lantas malas berbasa-basi. Atau, mungkin dia mengira kita punya hubungan khusus.

Tapi, begitu kau datang lagi, kali ini aku benar-benar kehilangan kata-kata. Kau menggandeng seorang bocah laki-laki. Empat atau lima tahun, kira-kira umurnya. Kutemukan gurat yang sama dengan wajahmu di rautnya yang masih sangat polos. Anak manis, apakah kau yang bernama Tjakra?

”Halo, Om Bisik. Kenalkan, ini yang bernama Tjakra. Tjakra, ayo bersalaman,” ucapmu lembut.

Ya, Tuhan. Aku tertawa sendiri, menertawakan kebodohanku menyukaimu. Ternyata, kau seorang ibu muda, ibu dari anak tampan ini. Ternyata, aku salah mengartikan bisikan kue-kue di kafe ini. Kau memang bidadari, tapi buat anak ini, bukan buatku. Dan buat Lanang, suamimu tercinta.

”Halo, Tjakra. Om teman ibumu,” sapaku menyambut uluran tangan mungil Tjakra...

Tak kuduga, kau lagi-lagi menertawakanku. Apa yang keliru? Bahkan, Lanang pun ikut-ikutan tergelak. Aku cuma berusaha memperkenalkan diri. Aku jadi tak mengerti apa yang sesungguhnya terjadi. Lolita, kau harus menjelaskannya padaku. Siapa Tjakra, siapa Lanang? Belum pernah aku dipermainkan seperti ini.

”Makanya, jangan cuma mendengarkan bisikan kue! Dengarkan dulu aku. Ini Lanang, ayah Tjakra. Ini Tjakra, anak Lanang. Lanang, Tjakra, ini Bisik, teman baruku. Dia gemar mendengar bisikan kue,” paparmu sambil menahan senyum. Aku mendengar nada ejekan dari suaramu. Awas kau, Lolita!

”Lalu, kau?”

”Aku? Aku Nayara.”

”Bukan. Maksudku...”

”Oh, aku kakak Tjakra. Nah, hari ini Tjakra ulangtahun. Lanang ini suami kedua ibuku.”



Candra Malik

Rabu, 01 Agustus 2012

AREA 126 - SPANDUK PUASA BERBIJI DELIMA



Sangat menyenangkan melihat spanduk-spanduk "Hormatilah orang yang berpuasa". Tapi lebih menyenangkan lagi jika ucapan di ruang publik itu dibikin dan dipasang justru oleh saudara-saudara kita kaum Kristiani, umat Buddha, penganut Hindu dan lain-lain.

Gantian secara indah. Biar orang-orang Islamlah nanti yang membentang spanduk selamat atas perayaan Natal, Paskah, Waisak, Galungan, Sedekah Bumi dan beragam ritus lainnya.

Betapa nikmatnya suasana begitu, mungkin senikmat buka puasa ala Turki dengan Roti Pide yang berhiaskan wijen, yang bentuknya bundar tipis seperti pizza tanpa topping.

Agak sedikit menggelikan jika akhirnya mengetahui bahwa pemasang ucapan "Hormatilah orang yang berpuasa" adalah orang yang berpuasa itu sendiri. Beribadah kok pengin dipuji. Beribadah kok pengin dihormati.

Sangat indah juga andai selama bulan penuh berkah ini iklan-iklan media massa banyak yang memberi anjuran menu yang sederhana namun sehat buat berbuka.

Hidangan itu tak harus Mezza atau Houmous dan berbagai menu daging panggang khas Lebanon. Banyak makanan tradisional dari berbagai penjuru Nusantara yang sederhana namun bergizi tinggi.

Tapi akan lebih indah lagi jika selama bulan puasa ini tak ada lagi iklan-iklan tentang obat-obat maupun suplemen yang harus diminum sebelum puasa agar yang berpuasa tetap bugar dan fit.

Iklan-iklan seperti itu seolah ingin mengatakan bahwa puasa tidak menyehatkan. Puasa bikin sakit. Karena itu perlu suplemen. Padahal, bagi yang yakin, puasa itu sendiri sudah langkah yang amat sangat menyehatkan.

Juga alangkah indahnya jika selama puasa kita tak saja menahan diri dari keinginan makan dan minum, tetapi juga menahan diri dari rasa khawatir terhadap masa depan kita.

Begini: Bagi saya, paling gampang adalah menghina Tuhan. Tak harus dengan menginjak-injak Kitab Suci-nya. Tak harus sampai meledek utusan-Nya. Khawatir besok tak bisa makan saja bagi saya itu sudah merupakan penghinaan luar biasa terhadap Tuhan.

Ah, betapa lezatnya hidup tanpa rasa khawatir. Mungkin rasanya selezat berbuka dengan cendol kalau kata orang Sunda atau dawet kata orang Jawa.

Tentu saja berbuka dengan kolak singkong juga tak kalah nikmatnya meski akhir-akhir ini saya pengin ketawa sendiri setiap mau menyantap kolak singkong. Kenapa? Ya karena ternyata singkong kita pun diimpor dari Cina dan Vietnam. Entahlah kalau bahan-bahan untuk cendol atau dawet...

Saya berharap Es Pisang Ijo yang khas Sulawesi Selatan itu pisangnya belum diimpor entah dari mana.

Tapi saya kira perkaranya bukan soal berbuka makanan impor atau tidak. Soal intinya adalah bagaimana kita berpuasa tanpa minta dihormati. Biarlah orang menghormati kita lantaran kelakuan kita akibat berpuasa memang pada akhirnya pantas dihormati.

Soal intinya adalah bagaimana kita berpuasa sehingga kelak tak pernah khawatir lagi terhadap hari depan, karena kita tak ingin menghina Tuhan sehina-dihinanya menghina.

Tak ada salahnya berbuka menu impor, seperti Gullac dari Turki, yang mengandung biji delima. Toh kini banyak yang yakin biji delima baik buat kesehatan.

Sumber: Tempat tinggal Sujiwo Tejo